Sebut Saja Ini Bukan Cinta
Jatuh cinta mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang indah dan luar biasa. Tetapi, menurutku, jatuh cinta adalah hal yang biasa karena aku terlalu sering jatuh cinta dan disakiti. Mungkin aku yang terlalu bodoh mengartikan cinta atau memang semua laki-laki sama saja.
Semua laki-laki sama saja. Kalimat itu sering aku dengar saat masih SMA, usia di mana kita masih terlalu muda mengartikan cinta. Dan aku akan menceritakan sedikit pengalamanku soal percintaan. Kejadian ini belum lama terjadi dan aku masih ingat betul apa yang terjadi pada saat itu. Ini adalah salah satu kejadian yang tidak akan aku lupakan.
***
Dua minggu yang lalu aku telah melewati masa yang dapat mendewasakan diriku. Ya, patah hati. Kata orang-orang patah hati membuatmu menjadi dewasa. Kurasa orang-orang sedikit keliru. Nyatanya aku sedang malas dengan yang namanya cinta. Cinta bisa membuatmu kecewa dan sedikit bahagia menurutku. Aku sedang malas membuka ponselku. Nanti rasa sakit hatiku bertambah lagi. Lebih baik aku matikan saja ponselku.
"Ariana"
Aku melihat notifikasi di akun line milikku. Seseorang mengirimkan kalimat sapaan dari nama depanku. Kulihat nama pengirimnya. Aku kenal, dia salah satu lelaki yang namanya sempat tercatat dalam “catatan kaki” dalam kisah hidupku. Sudah lama ia telah hilang dari hidupku dan kali ini dia mencoba menghubungiku. Kira-kira ada apa, ya?
"Iya, kenapa?"
Aku membalasnya sesingkat itu seolah aku tak peduli padahal aku butuh juga, sih. Ya, sejak sempat hampir menyinggahi hatiku, ia telah ku anggap sebagai kakakku. Ya, kami sering berbagi cerita. Aku masih menyimpan sedikit rasa kepadanya walau ia akhirnya menjadi kekasih temanku dan telah berakhir, aku masih menyimpan sedikit rasa untuknya. Bukankah rasa yang awalnya kecil bila ditumbuhkan menjadi besar?
Setelah sapaannya yang tiba-tiba kami dekat lagi. Kami berbagi cerita lagi seperti saat itu. Ya, aku terbawa suasana dengannya. Semua rayuannya, semua janjinya, aku telan bulat-bulat tanpa dipikirkan. Mungkin karena aku telah patah hati dan ada ruang sakit yang dapat ia obati. Aku merasakan seperti hidup kembali. Dia yang aku harapkan menjadi pengganti seseorang yang namanya pernah menggetarkan hatiku akhirnya berhasil. Lalu, kekhilafan itu berlanjut. Aku yang awalnya tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang lelaki akhirnya memutuskan untuk mencoba menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dengannya. Aku sempat berbahagia pernah mengenalnya. Tetapi, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Baru menjalin hubungan dengannya selama empat hari, ia telah menunjukkan bahwa ia sebenarnya tidak ingin mempertahankan hubungan ini. Ia sering tidak menghubungiku dalam jangka yang lumayan lama.
Hari ketujuh setelah menjalin hubungan dengannya, aku diajak pergi menonton sebuah film yang disukai para gamers. Ya, dia salah satu gamers dan dia mengajakku menemaninya menonton film tersebut. Aku senang karena akhirnya setelah terproklamirkan hari jadi kami, kami jalan berdua saja. Film selesai sekitar pukul sembilan malam dan akhirnya dia mengantarku ke depan kostku. Ia pun pamit untuk pulang. Aku sangat senang hari itu.
Besoknya, setelah menonton bersama, aku sulit menghubunginya. Ia seperti menghilang ditelan bumi. Sehari, dua hari, dan tiga hari. Dia pun akhirnya mengeblock akun line-ku. Ya, dia menghapus diriku dari hidupnya. Dia pergi tanpa alasan tanpa pamitan dan semua terjadi dalam waktu yang bersamaan. Aku patah hati (lagi). Dalam setahun aku telah dua kali patah hati. Rasanya aku tidak akan pernah mempercayai cinta lagi.
Pada akhirnya aku mengerti bahwa jangan pernah mencintai seseorang terlalu dalam bila tidak ingin terlalu sakit. Aku salah, aku terlalu terhanyut dengan semua kisahnya. Aku menganggapnya prioritas tapi dia menganggapku hanya sebuah alas. Diletakkan di bawah kaki lalu diinjaknya begitu saja. Sekarang aku mengerti bahwa aku tidak akan pernah mau menerima seseorang yang hanya mempermainkanku. Aku masih trauma dengan semua ini. Aku akan menerima laki-laki untuk dijadikan suami bila ia berani bertemu dengan ayahku nanti.
SELESAI
Ini salah satu tulisan gue pada tugas mata kuliah gue, Penulisan Kreatif. Seru banget mata kuliah ini. Gue dituntut jadi kreatif di kelas ini. Kisah ini sebuah adaptasi dari kisah seseorang. Semoga yang membaca ini tidak akan mengalami kejadian yang sama seperti kisah di atas. Aamiin.
Ps: Maaf gapernah update karena sibuk banget di kampus :(
Comments
Post a Comment