Bulan yang Aku Sebut Ini Namanya Maret
Maret, kau dianggap akan menjadi sesuatu yang dapat mendewasakan sebagian orang yang berusaha bangkit atas hati yang penuh robekan karena kesalahan sendiri. Pada dirimu, banyak pengharapan bagi mereka yang merasa dua bulan sebelumnya hanyalah seonggok daging yang tidak memiliki tujuan hidup. Dirimu penuh pengharapan bagi orang-orang yang merindukan kasih sayang. Kasih sayang yang bahkan orang-orang di luaran sana tidak mengerti maknanya. Jangan dilanjutkan, itu hanya membuat sebuah rasa semakin terobek oleh sebuah khayal.
Maret, bukan kita yang berhenti untuk saling memiliki. Rasa di hati kurasa sudah cukup paham mengenai asam garam cinta yang pahit ini. Sebuah jarak diciptakan agar setiap orang menghargai sebuah perjuangan. Perjuangan yang bahkan orang dengan peluh di dahi tidak memahami artinya dicintai. Sulit memang, tetapi bukankah lebih baik memberi tahumu agar kau tidak bertanya-tanya?
Maret, senja pada bulanmu sungguhlah berwarna kelabu. Mungkin hal itu terjadi karena kau masih disinggahi oleh badai yang terjadi pada Januari dan Februari. Ah, aku rasa itu hanya sebuah kamuflase yang kau tutupi agar aku mencintai dirimu ini, bukan? Ku sudah bilang, jangan dipaksakan. Lepaskan bila memang itu menyakitkan dan singkirkan bila itu tidak menghasilkan sebuah pelajaran.
Maret, inikah akhir dari mencintai? Melepaskan kemudian melupakan agar tidak ada yang terkenang. Bila ku boleh berkata demikian lebih baik kita tak perlu berjumpa, Maret. Aku bisa langsung menyinggahi April atau Mei yang mungkin dapat memberiku sebuah kebahagiaan yang hakiki. Januari dan Februari sama-sama menyakiti diri ini. Dan aku tak sudi bila harus merasakan sakit untuk yang ketiga kali bila kau berusaha mengulangi.
Maret, kau tahu mengapa tulisanku begitu sulit dipahami? Karena aku mencintai teka-teki. Di dalam sebuah kata terdapat makna yang tersirat dan hanya beberapa orang yang dapat mengartikan. Bila kau paham tentang hal ini, lebih baik simpan dalam hati. Aku tak minta untuk dipahami dan kemudian kau publikasi. Aku hanya ingin kau mengerti bagaimana mencintai diri ini. Diri yang penuh luka dan tak pernah dicintai setulus hati. Biarlah ini menjadi sebuah mimpi agar kamu dapat mengerti bahwa semua yang kau sayangi belum tentu kau miliki.
Maret, aku harap kau memahami, ya, maksud tulisanku ini. Bukan ingin mengulangi kesalahan pada Januari dan Februari, tapi ada baiknya kau resapi tulisan ini. Bila kau tak pernah paham maksud di sini, kau pun tidak akan paham diriku ini. Bila terlalu banyak mengunakan kalimat metafora, tolong dimaafkan. Aku hanyalah seseorang yang selalu bermain dengan diksi. Tanpanya, diri ini hanyalah sekumpulan jiwa yang sunyi. Karena bulan yang aku sebut ini namanya Maret, dirimu.
Comments
Post a Comment