Kau Hanya Lupa Bersyukur

Kalian pernah merasa seperti orang yang tidak berguna di dunia ini? Atau kalian merasa dunia ini sungguhlah tidak adil? Kalau pernah, kita sama.

Mungkin semua orang pernah merasakan hal seperti ini. Rasa seperti ingin segera lari dari semua masalah yang sedang dihadapi, semua hal yang sedang ditemui, dan semua hal yang membuat diri ini enggan mensyukuri. Sebuah hal yang membuat semua hal menjadi tidak mungkin. Kehilangan rasa bersyukur dalam diri. 

Bersyukur itu bukan kegiatan yang mudah, tersenyum di antara masalah yang begitu melimpah memang susah. Kau harus berpura-pura bahagia padahal hatimu di dalam begitu terluka. Terluka oleh kenyataan yang begitu pahitnya. Saat seperti itu, yang kau bisa lakukan hanyalah berharap. Ya, kita harus berharap walaupun kehidupan begitu gelap. 

Kau tidak memiliki teman untuk berbagi di kala sedih. Kau hanya tidak ingin orang di sekelilingmu mengasihani. Kau menutupi kurangmu dengan berpura-pura tersenyum agar semua orang di sekelilingmu tetap merasakan indahnya dunia. Kau tidak ingin mereka merasakan apa yang kau rasakan. Lebih baik berbagi canda daripada harus berbagi luka. Ya, kurasa sudah banyak orang yang sulit mengungkapkan duka daripada berbagi canda. 

Saat kau sendiri, merenungi apa yang telah kau miliki, kau hanya duduk menatap langit dan melihat sekeliling sambil berpikir "Apa aku pantas lahir di dunia ini?" Kemudian, rasa ingin mengakhiri hidup acapkali hadir dalam diri. Kau berpikir bahwa kau tak pernah mendapatkan apa yang kau inginkan. Semua meluap begitu kau panjatkan di setiap sembahyang. Kau seperti orang yang tidak memiliki keyakinan dan kau ke belakang untuk mengambil pisau lipat. Hal ini kau akan lakukan agar kau dapat merasakan rasa sakit yang terlihat. Kau hanya merasakan rasa sakit di dalam pikiran dan hatimu namun itu semua tidak berdarah. 

Hingga pada akhirnya kau ingat pesan guru mengajimu, "Kau tak pernah merasa hidup bila kau selalu lihat ke atas. Kau merasa paling tidak beruntung karena kau jarang bersyukur." Segera kau ambil air sembahyang agar hatimu menjadi tenang. Air yang mengalir dari padasan pada waktu itu terasa hangat dan memberikan semangat. Kau, malam itu sembahyang dengan hati berserah, dengan harapan berlimpah kepada Yang Maha Kuasa. Kau ceritakan segala luka yang kau rasa telah membuatmu menderita, hanya kepada-Nya kau meminta. Dia yang sebenarnya selalu ada tanpa kau minta. Dia yang selalu ada tanpa kau cari. Dan Dia, dzat yang paling agung yang sering kau lupakan. Dia adalah Tuhanmu.

Pada akhirnya, bukan dirimu yang paling tidak beruntung di muka bumi ini tapi dirimu yang tidak pernah bersyukur. Bukan hidup yang begitu keras tapi kau yang terlalu takut untuk mencoba. Mencoba kemungkinan dan melewati batas yang ada pada dirimu. Selama masih ada kaki untuk berjalan, mengapa masih takut untuk melangkah?



(Sunter, 6 April 2017)

-Adaptasi dari sebuah pengalaman seseorang

Comments

  1. Kok tulisan lu bijak sih, padahal aslinya pecicilan:(

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini sisi lain dari si pecicilan itu mitt wkwk

      Delete
  2. Bagus. Menarik. Bijak.

    Kunjungi blogk saya juga, mbak: lutfisirojul.blogspot.com

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts