Mirdad, Dia Pencuri Hatiku 2013 (1)

sumber: pinterest.com

Aku hari ini sedang makan pisang, salah satu buah kesukaanku. Sambil aku makan pisang, aku mengerjakan pekerjaan remote-ku. Kemarin aku berlibur, jadi ada pekerjaan yang nunggak. Sambil mengetik, lagu pun mengalun dari iTunes-ku. Lagu yang terputar adalah Christian Bautista - The Way You Look at Me. Kemudian, ingatanku terputar pada saat aku masih berkuliah.

***
Hari ini hari Senin, aku kuliah semester dua, tahun 2013. Waktu itu ada mata kuliah pengembangan kepribadian. Mata kuliah wajib, SKS yang diampu pun sebanyak 6 SKS. Kalau tidak lulus atau mendapat nilai di bawah A- akan berdampak pada IPK-ku. Saat itu aku sedang duduk di salah satu meja kantin fakultas. Menunggu kumpul angkatan. Aku duduk bersama Marlo dan Gina, teman satu jurusan yang kebetulan sekelas di kelas tersebut. 

Sambil berbincang, Marlo menceritakan hal-hal lucu dan aku juga ikut saja berguyon. Ketika kami sedang berhenti bercanda, tiba-tiba Marlo memanggil temannya dari jurusan lain. Aku memunggungi orang tersebut. Kemudian, Marlo menyapanya, "Hei, Mirdad. Gimana, kemarin jadi daftar BEM?" dan tiba-tiba aku mendengar suara yang agak besar. Tak sengaja, aku menoleh ke belakang untuk tahu siapa pemilik suara tersebut. Dia tinggi, namanya Mirdad. Baru kali itu aku terpesona pada suara laki-laki.

Selama 10 detik aku memandang lelaki itu dan kemudian membalikkan kembali tubuhku seperti semula. Dalam hati, gemas. Anak dari jurusan mana dia? Setelah Mirdad pergi, aku pura-pura saja bertanya pada Marlo, dia anak jurusan mana. Kata Marlo, dia anak jurusan Manajemen. Wah, salah satu jurusan yang aku incar pula waktu daftar kuliah. Tapi, ku pura-pura tenang, agar Marlo tidak curiga kalau hari itu diam-diam aku menaruh hati pada Mirdad.

***
Setelah kumpul angkatan sampai sore, aku langsung pulang ke kosanku yang berada dekat kampus. Rumahku jauh, jadi aku harus ngekos biar tidak terlambat. Padahal sedang capek, tapi aku sempat-sempatnya mengingat pertemuanku dengan Mirdad pada siang itu. Kemudian, aku iseng mengetik nama dia di kolom teman salah satu aplikasi chatting milikku. Ketika ku tulis "Mir.." dan ternyata aku sudah berteman dengannya di Line. Aku lupa, kapan kita bertemu, ya. Aduh, aku ini anaknya memang mudah lupa, sih.

Setelah cukup lama mengingat tentang Mirdad, akhirnya aku ingat. Saat itu sedang ospek jurusan. Sore hari dan aku sedang terburu untuk pergi ke Musholah kampus karena waktu Ashar sudah hampir selesai. Tiba-tiba ada cowok di depanku agak sedikit menahan, sih. Dia tiba-tiba mengajakku kenalan, aku bingung. Siapa juga dia, terkenal sekali ya aku hmmm. Kemudian dia berkata bahwa dia butuh untuk berfoto dengan perempuan dari jurusan lain, dan dari jurusanku belum ada yang dia dapatkan. Aku kasihan, karena itu kan tugas ospek, masa aku nggak mau membantu sih. Dia kan juga teman satu fakultasku kalau dipikir-pikir. 

Lalu, aku membolehkan dia berfoto denganku. Karena aku yang amat sangat terburu-buru, tidak sempat dan ingat namanya. Dia bilang masih harus menanyakan biodataku. Aku bilang, aku terburu-buru dan harus solat Ashar dan aku pun memberikan ID Line-ku padanya untuk bertanya biodataku, "Duh, maaf banget nih gue buru-buru belom solat Ashar. Kalo gue kasih ID Line gue aja gimana? Nanti lo chat gue aja kalo butuh info." Dia pun mengiyakan perkataanku sambil mengeadd Lineku.

Malamnya, ada pesan dari seorang yang harus aku add dulu. Aku lupa. Dia berkata bahwa dia adalah orang yang waktu sore meminta dataku. Sudah setelah dia selesai meminta data, kami tidak melanjutkan percakapan dan tidak disangka ternyata enam bulan kemudian aku tiba-tiba menyukai dia secara mendadak.
***

Aku memang orang yang mudah jatuh cinta sih tapi aku tidak tahu kalau aku semudah itu jatuh hati padanya. Apakah aku menyukai Mirdad pada pandangan pertama? Tapi, tidak. Aku bertemu dia saat masih zaman ospek jurusan dan saat itu hatiku benar-benar tidak mengira bahwa laki-laki itu akan kusukai setelah pertemuan kami yang kedua. 

Kemudian, aku mulai mencari tahu tentang dirinya. Ya, malam itu aku seperti agen mata-mata yang tiba-tiba tahu semua media sosial yang dia punya. Dari situ aku menemukan di mana dia bersekolah dulu sampai aku mendapatkan Facebook Ayahnya! Ah, sudah cukup. Aku kira aku tidak baik kalau seperti ini. Aku harusnya berkenalan dengan dia bukannya malah stalking media sosialnya. Pasti kalau dia tahu, aku ini menakutkan. Setelah itu, ku hapus jejak pencarianku dan mematikan laptopku. Besok aku bertekad akan berkenalan dengan dia.

Besoknya, aku mencari tahu Mirdad (lagi) dan ternyata teman-temanku ada yang satu departemen dengannya di BEM. Wah, dengan senang hati aku bertanya-tanya tentang Mirdad. Temanku itu namanya Carol. Kata Carol, Mirdad itu anaknya pendiam, tidak banyak omong dan dia misterius. "tapi kalau udah kenal asik, kok Sar!" kata Carol menambahkan. Semakin aku ingin berkenalan dengannya, bukan untuk menjadi pacar tapi untuk menjadi kawan, eh tapi kalau jadi pacar nggak apa-apa sih HEHEHE

Kemudian, Carol berencana mengenalkanku pada Mirdad. Ah, kenapa sih aku tuh gugup kalau melihat dia. Seperti ada kupu-kupu di perutku. Rasanya mulas sekali. Tanganku berubah dingin dan kakiku gemetar. Carol menggodaku, "Tenang aja, Sar. Dia cuma Mirdad kok bukan malaikat pencabut nyawa." Sial, lagi gugup Carol malah menggodaku. Awas kamu, Rol!

Tapi ternyata hari itu aku tidak jadi berkenalan dengan Mirdad secara langsung. Semesta seperti tidak mendukung kami untuk berkenalan ulang. Walaupun gemetaran, aku ingin kenalan dengannya. Dan entah mengapa, setiap aku ingin merencanakan berkenalan dengan Mirdad, ia selalu tidak aku temui. Namun, ketika sedang tidak ada niat berkenalan, eh dia malah duduk-duduk di depat tongkrongannya bersama teman-temannya. Sepertinya, Tuhan tidak mengizinkan aku mengenal Mirdad secara langsung lebih jauh. 

BERSAMBUNG

Comments

Popular Posts