Mirdad, Dia Pencuri Hatiku 2013 (2)

sumber: ramadhanialqadri.blogspot.com


BACA DULU: Mirdad, Dia Pencuri Hatiku 2013 (1)

Setelah mengingat sedikit cerita tentang Mirdad, aku teringat deadline pekerjaanku masih banyak sekali. Aku pun segera menghilangkan ingatan sekilasku tentang Mirdad. Masih ada masa depan yang menungguku di sana.
***
Hari ini hari Jumat, aku pulang lebih awal karena aku harus mengurus acara pernikahan sepupuku. Seperti biasa, aku pulang menggunakan angkutan warga Jakarta, yaitu Transjakarta. Saat sebuah bus tiba di depan wajahku, aku langsung naik saja. Buru-buru. Jakarta pun sedang macet. Saat sedang menyenderkan tubuh di dekat pintu, aku melihat ada sepasang kekasih yang sedang saling menggenggam tangan erat. Ditambah lagu yang diputar dalam bus itu mengingatkanku pada Mirdad lagi. Ya, dia selalu hadir di dekatku dalam bentuk lagu dan segala nada. Saat itu, lagu yang diputar adalah Ada Band - Manusia Bodoh. Dan ingatanku pun larut dengan macet Jakarta dan Mirdad....

***
Perkenalanku dengan Mirdad tidak seperti cerita-cerita romance remaja yang menampilkan ending bahagia. Aku tidak akan menyebutkan ending pada kisah ini karena aku merasa bahwa ini tidak ada akhirnya. Aku ingat, dulu aku sangat lugu. Tidak mengerti cinta, istilah butterfly in my stomach when I see him saja aku baru tahu saat suka dengan Mirdad. Bodoh memang?  Ya, namanya juga belum punya pengalaman. 

Akhirnya, semesta akhirnya mendukungku berkenalan dengan Mirdad. Berkat temanku, Carol, dialah yang mengenalkan Mirdad padaku. Setelah berkenalan dengan Mirdad, hariku sudah tidak sama lagi seperti saat aku belum peduli dengan keberadaannya. Teman-teman dekatku mengetahui bahwa aku suka dengan Mirdad dan mereka meledekiku. Inilah yang selalu aku rasakan ketika aku suka dengan seseorang. Tapi aku menikmati itu.

Setelah perkenalanku yang kedua dengan Mirdad yang dibantu Carol, aku pun mencoba memberanikan diri dekat dengan Mirdad dengan cara mengirimkan "pesan pertemanan". Kenapa aku berikan kutip? Karena mungkin bagi Mirdad aku ini adalah perempuan yang mencoba mendekatinya, jadi bisa saja dia mengartikan pesan itu adalah pesan sok asikku padanya. 

Ku mulai percakapan dengan membahas hobinya, dia sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan chatting denganku. Kenapa aku bisa bilang begitu? Karena dalam chat dengan Mirdad, hanya akulah yang bertanya. Aku seperti petugas sensus penduduk yang sedang menanyakan hobi seseorang. Menyerah, akhirnya aku memutuskan menyudahi chatting-an dengannya. Itu sih namanya bukan chat-an tapi ask-an. 

Lalu, tiba-tiba Carol bercerita padaku bahwa Mirdad tidak suka dengan seseorang yang membuatnya canggung. Aku bingung, yang dibicarakan Mirdad pada Carol itu aku atau bukan? Kok waktunya tepat setelah aku berhenti mengechat dirinya. Aku malu, jujur saja tapi aku sudah terlanjur basah, kenapa tidak sekalian menyebur saja? Ku katakan pada Carol bahwa aku tidak mengerti maksudnya tapi aku akan mencoba menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

***
Kenekadanku berlanjut. Aku mulai ingin menyapa Mirdad secara langsung. Menyeramkan, ya? Tapi aku ingin. Sejujurnya, dia adalah lelaki yang aku sukai pertama kali setelah sibuk dengan drama percintaan SMA. Aku tidak ingin gagal seperti waktu yang lalu. Maka aku pun memberanikan diri untuk yang memulai. 

Pertama kali menyapa Mirdad terasa seluruh darah di tubuhku berkumpul di satu titik dan tidak mengalir. Tanganku berkeringat dingin, ada kupu-kupu sedang beranak pinak di perutku, dan masih banyak kegugupan lainnya yang menghampiriku. Tapi Mirdad tetap kusapa.

"Hai, Mirdad!"
Aku melakukannya, teriakku dalam hati.
"Hai, Sar..ah." katanya gugup sambil bingung.

Otakku berpikir, dia sebenarnya ingat atau kenal aku tidak sih? Kok responnya seperti itu? Tapi setelah itu kupu-kupu yang di perutku sepertinya sedang mencari makan, jadi sudah tidak ada di perutku. Aku melanjutkan hariku sambil bercanda tawa dengan temanku.

Esok lusanya, aku mendengar sesuatu lagi dari Carol. Kalau kamu tanya, Carol itu siapa kok bisa sedekat itu dengan Mirdad? Dia adalah teman satu kepanitiaan dengan Mirdad. Banyak hal yang melibatkan emosi dan pikiran sehingga saling tukar dan mungkin Mirdad menceritakanku secara implisit kepada Carol. Carol menghampiriku dan menceritakan bahwa Mirdad dikabarkan sedang suka dengan anak jurusannya, Manajemen. Setelah itu, Carol memberi tahuku bahwa perempuan itu sangat cantik, proporsional, dan tinggi. Kriteria cantik yang ada di kepala orang-orang Indonesia. Ku hanya bisa tersenyum pada Carol mengucapkan terima kasih.

Malamnya, ku tatap tubuhku di kaca yang ada di kosanku. Tubuhku tidak ada apa-apanya. Aku jelek, aku tidak cantik, aku tidak kurus, aku tidak pantas untuk Mirdad, meskipun itu hanya berteman. Aku menangis semalam meratapi diriku yang banyak kurang ini. Aku pikir, akulah seekor itik buruk rupa. 

***
Aku, masih dalam keadaan belum bisa menerima kenyataan bahwa aku tidak cantik, kemudian berpikir bagaimana berubah menjadi cantik? Mulai hari itu, aku berniat diet ketat dan berolahraga. Aku ingin Mirdad melihatku sebagai apa pun yang dia inginkan. Aku tahu motivasiku diet bukanlah hal yang benar dan aku menjalani itu. Semoga aku berhasil mendapatkan pengakuan Mirdad bahwa aku itu ada dan aku cantik.


BERSAMBUNG

Comments

Popular Posts