(Cerpen) I Love You but I'm Letting Go
sumber: IMDb.com |
BUUUKKK!!!
Aku
tutup pintu kamarku begitu kencang. Mama dan Papa sedang dinas ke luar kota dan
aku di rumah hanya bersama dengan Mbok Yum dan kesedihanku. Sudah kesekian
kalinya aku mendapati pacarku, Mario, menghubungi wanita yang rata-rata ia
kenal lewat media sosial. Awalnya, aku berpikir bahwa itu karena Mario adalah
anak muda yang mungkin masih ingin banyak mengenal wanita.
Kejadian
pertama aku maafkan, walaupun itu terjadi di hari pertama kita pacaran. Masa,
baru pacaran sudah bertengkar? Akhirnya, ku biarkan saja masalah itu
terlupakan. Toh dia juga waktu itu dia berkata bahwa itu karena dia memang
banyak mendekati wanita tapi dia hanya memilih satu orang yang bisa dia seriusi
dalam sebuah hubungan. Dan wanita tersebut adalah aku. Mendengar kata-kata terserbut,
aku yang waktu itu masih baru berpacaran dengannya, sempat meleleh. Dia selalu
tahu cara membuat aku tersenyum.
Kuceritakan
sedikit tentang Mario. Dia adalah lelaki yang aku kenal dari temanku, Sinta.
Dia ternyata teman satu sekolahnya Sinta waktu duduk di bangku sekolah
menengah. Awalnya, aku bertemu Mario ketika sedang pergi makan siang bersama
Sinta di kantin kampus. “Na, nanti ada teman gue ya yang bakalan join di sini.
Cowok,” ujar Sinta. Aku menatap penuh tanya ke Sinta mengapa ngajak temannya
padahal aku sedang ingin berdua dengannya. “Tenang, Na. Dia orangnya baik kok
dan asik. Bisa berbaur sama orang baru. Siapa tahu cocok, kan lo juga belum
pernah pacaran nih. Udah 20 tahun ngejomblo lho hahaha” Kupukul tangannya tapi
benar juga sih kata Sinta. Mengapa aku begitu menutup diri pada lelaki?
Setelah
15 menit ngobrol berdua dengan Sinta, tiba-tiba ada sesosok cowok dengan tinggi
sekitar 175cm dengan celana chino berwarna baby milo, manis, berambut rapi tapi
tidak necis menghampiri meja kami sambil melemparkan senyum. Aku tentu
pura-pura tak acuh.
“Hai,
Sin. Udah lama ya?” Sapanya pada Sinta. “Hey, Yo. Nggak kok, belum tadi gue
sama Kirana baru kelar kelas terus langsung cabut ke sini. Lo dari mana?” Sinta
balik bertanya. “Ituuu, tadi gue abis dapet orderan, arah Bulungan. Pas ada
yang ke arah Ciputat ya langsung aja gue ambil ke sini,” jelas cowok dengan
sepatu Adidas Stan Smith hijau tersebut. “Eh, Yo. Kenalin, ini temen deket gue
di kampus, namanya Kirana. Na, ini lho temen gue yang pernah gue ceritain.”
Kata Sinta sambil memperkenalkan. “Ehh lo nyeritain apa aja soal gue Sin. Parah
lo. Halo, Kirana. Gue Mario. Temennya Sinta zaman dia masih bau matahari,
hahaha” ledek Mario sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan denganku.
“Kirana” jawabku sambil menjabat tangannya dengan senyum. Mario kalau
dilihat-lihat manis juga.
sumber: IMDb.com |
Setelah
perkenalanku dengan Mario di kantin kampus, Mario jadi sering main bareng
dengan aku dan Sinta. Dan Sinta pun suka sengaja meninggalkan kami berdua dengan
alasan ingin ke toilet lah, ambil uang di ATM lah, atau alasan mamanya
menyuruhnya pulang lebih dulu. Dari situ aku mengenal bahwa Mario adalah
seorang pengemudi ojek online di waktu luangnya menunggu kelas
perkuliahannya.
Aku tak
banyak bicara saat itu. Lebih banyak mendengarkan Mario menjelaskan dirinya. Mario
menceritakan dirinya dengan sedikit lelucon yang terkadang membuat aku
tersenyum simpul saat mendengarnya. Karena kedekatan kami ini, Mario pun sering
menghubungiku via Line untuk sekadar menanyakan sudah makan apa belum dan
bagaimana hariku. Perhatian-perhatian kecil dari Mario membuatku memberanikan
diri membuka hati pada lelaki, yaitu padanya.
Tiga
bulan kami dekat dan sudah lebih sering jalan berdua tanpa Sinta. Aku terkadang
sering berjalan-jalan sendirian ke Mal dan Mario yang mengetahui hal tersebut
pun selalu menghampiri ke mana pun aku pergi. Aku diperlakukan sebagaimana tuan
putri. Senang rasanya berdekatan terus dengan Mario.
sumber: IMDb.com |
Suatu
malam, Mario meneleponku, menanyakan apakah aku sudah makan? Sedang apa dan
bagaimana hariku? Sampai obrolan kita di tahap serius. Aku bertanya padanya, “Yo,
kamu pernah pacaran?” Kemudian dia menjawab, “Pernah, Na.” Jawabnya sedikit.
“Berapa kali?” Tanyaku. “Dua kali, Na. Kenapa? Kamu mau daftar jadi yang ketiga
ya? Haha” candanya. “Hahaha, gapapa cuma pengen tau aja,” jawabku. “Paling lama
berapa tahun?” Tanyaku, masih kepo. “Eh nggak sampe tahun. Cuma bulan. Paling
lama 3 bulan. Aku diselingkuhin mulu haha” jawabnya. Dari situ aku tahu bahwa Mario
mudah dekat dengan wanita. “Aku emang anaknya deket banyak sama cewek, Na tapi
kalau aku udah serius sama satu cewek, yaudah aku seriusin nggak main-main. Dan
sekarang ini aku lagi seriusin kamu, Na,” kata Mario yang begitu dadakan. Aku
terdiam, senang karena rasaku terbalas dan diam mau jawab apa. “Hahaha,
bercanda mulu kamu, Yo,” jawabku sok tenang. “Nggak kok aku serius. Eh besok
ketemu yuk, aku mau ngomong penting sama kamu,” ajak Mario.
Besoknya,
benar saja dia menyatakan perasaannya padaku dan bertanya apakah aku mau
menjadi pacarnya? Aku jawab iya. Sore itu setelah kami resmi berpacaran, aku
diajak makan bakso pinggir jalan favorit Mario. Aku meletakkan ponselku di atas
meja dan Mario juga. Saat sedang mengobrol, ponsel Mario bergetar, ada
seseorang mengajak video call. Nama yang tertera Ranti. Aku lihat ekspresi Mario,
dia hanya menatap ponselnya sebentar dan tidak mengangkat. Aku langsung
bertanya, “Ranti itu siapa?” “Cuma temen kok, bukan siapa-siapa.” Jawabnya
singkat. “Temen kok tapi video call?” Tanyaku, belum puas. “Dia temen jauh, Na.
Mungkin mau cerita aja. Kalo kamu cemburu, nanti kalo dia telepon lagi, kamu
yang angkat ya,” jelas Mario. Sempat curiga tapi Mario menunjukkan bahwa
dirinya memang serius denganku.
sumber: IMDb.com |
Mario
selalu saja membuat hariku berwarna. Dia memperlakukanku layaknya seorang
putri. Sering membawakanku makan siang ketika aku bilang lupa membawa dompet,
sering menjemputku ketika Pak Wardiman, supirku, tidak bisa menjemput dan masih
banyak hal manis lainnya yang dia lakukan padaku. Namun, yang tidak kusuka
darinya adalah saat dia menghubungi banyak wanita. Ya, Mario dan aku sering
memeriksa ponsel masing-masing untuk melihat apakah ada yang aneh di dalamnya.
Biasanya, aku menemukan chat-chat wanita di ponsel Mario dengan keadaan sudah
kosong. Dan aku sering melihat di catatan teleponnya, banyak wanita yang
menghubunginya. Aku selalu bertanya itu siapa? Dia bilang hanya teman. Aku
tidak percaya, masa teman setiap hari mengajak teleponan bahkan video call. Di
situ aku cuma bisa menangis karena sikap Mario yang demikian. Biasanya, Mario
akan memelukku sambil mengatakan maaf dan berjanji tidak akan mengulangi. Tapi
itu selalu dia ulangi, lagi dan lagi.
Aku dan Mario
sudah menjadi sepasang kekasih selama 3 bulan dan selama itu pula, sikap Mario
padaku semakin posesif. Ia bahkan meminta aku menautkan akun Instagram-ku ke
ponselnya agar dia bisa tahu dengan siapa saja aku berhubungan karena waktu itu
mantanku sempat menyapa tapi aku tidak menghiraukan. Mario pun mengolokku
seperti itu dan mengatakan aku nggak bisa move on.
sumber: IMDb.com |
Hingga
suatu hari, aku mendapatkan pesan dari seorang wanita yang mengaku bahwa
dirinya adalah mantan dari Mario. Wanita itu menceritakan bahwa Mario telah
melakukan pelecehan dengannya lewat pesan singkat yang mana Mario meminta
wanita tersebut untuk memberikan foto payudaranya. Aku sempat kaget mendengar
hal tersebut karena Mario tidak pernah meminta yang aneh-aneh padaku tapi
mengingat track record Mario yang memang terkenal dekat banyak wanita dan
sering mengajak video call membuatku merasa mungkin wanita ini benar. Wanita
ini bercerita bahwa dirinya adalah mantannya Mario tepat seminggu setelah Mario
dikenalkan padaku. Wanita ini berkata padaku bahwa dia memang jahat memutuskan Mario
secara sepihak tapi alasannya adalah karena Mario selalu meminta foto tidak
senonoh padanya ketika sedang teleponan dengannya. Karena risih, akhirnya
wanita tersebut memilih meninggalkan Mario. Wanita itu pun berkata bahwa
dirinya trauma untuk dekat lagi dengan lelaki karena takut bertemu yang seperti
Mario.
“Maaf,
Kirana. Gue nggak bermaksud buat menghancurkan hubungan lo sama Mario. Tapi
coba pikir, yakin emang cuma gue yang Mario gituin? Pasti banyak sebenarnya
cewek di luar sana yang Mario lecehin karena dia nggak mau ngapa-ngapain lo.
Iya, dia baik nggak ngerusak lo sebagai ceweknya TAPI dia ngerusak cewek lain
di luar sana. Gue ngasih tau lo karena gue mau melindungi lo sebagai wanita.
Gue nggak mau ada cewek yang tersakiti lagi sama dia. Kalo gue jahat, gue bisa
aja nih selingkuh sama Mario tapi gue milih nyeritain ke lo karena gue nggak
mau kaum gue disakitin sama Mario. Makanya, gue pikir lo udah cukup dewasa
untuk mempertimbangkan ini.” kata wanita tersebut.
sumber: IMDb.com |
Setelah
kejadian ini, aku pun mengajak Mario membicarakan hal ini perihal wanita
tersebut dan cerita-ceritanya. Mario mengiyakan bahwa wanita tersebut benar dan
cerita itu juga benar. Dia berkali-kali memohon maaf padaku dan berjanji bahwa
dia tidak akan mengulangi lagi. Kurasa, itu hanya omongan belaka. Ini sudah
terjadi berkali-kali dan ini yang paling parah, yang aku ketahui. Aku menatap Mario
dan mengatakan, “Aku rasa kita cukup sampai di sini aja, Yo. Hubungan kita
begitu tidak sehat. Kamu emang nggak pernah menyakiti aku secara fisik, tapi
kamu ‘nampar’ aku lewat kenyataan bahwa kamu emang nggak bisa lepas dari
cewek-cewek di luar sana. Pantes kamu nggak akan nemuin yang serius sama kamu
karena kamu aja masih suka mainin cewek di luar sana!” Kataku sambil
meninggalkan Mario yang mencoba memanggil namaku.
***
Aku
menangis menerima kenyataan bahwa Mario, orang yang begitu aku cinta ternyata
mengkhianati. Dia mungkin nggak pernah menyuruhku melakukan hubungan seks di
luar pernikahan tapi ternyata dia melecehkan wanita lain di luar sana. Aku
pilih meninggalkan karena aku rasa Mario perlu introspeksi diri agar dia tidak
mudah memainkan perasaan wanita yang katanya tidak pernah ia ingin sakiti. Dan
aku percaya, kalau aku berjodoh dengan Mario, aku akan dipertemukan olehnya
saat dia sudah dewasa dan tahu cara memperlakukan wanita dengan baik dan benar.
Aku percaya itu. Maaf, Mario. I love you but I’m letting go.
SELESAI
Comments
Post a Comment