Belajar Ilmu Ikhlas di Tahun 2019

sumber: Lihin.net

Ilmu ikhlas merupakan pelajaran yang tidak akan kamu temukan di bangku sekolah, dalam kurikulum, dan bahkan buku pelajaranmu. Ikhlas adalah ilmu yang akan kamu temui dalam kehidupanmu yang luas ini. Belajar ikhlas tentunya sangat diperlukan karena dengan ikhlas, hatimu akan menjadi tenang. Tahun 2019 pun mengajarkanku banyak tentang ilmu ikhlas yang memang benar saja tak akan aku dapatkan di bangku sekolah, kurikulum, dan buku pelajaranku.

Awal tahun 2019, aku berharap aku menemukan seseorang yang setidaknya bisa melengkapi diriku. Lalu, aku bertemu seorang lelaki yang usianya dua tahun di bawahku. Dia manis, awalnya. Terlihat memperjuangkan diriku. Tapi di tengah-tengah bulan Januari aku melihat dirinya seperti menghilang dan tak ingin kenal denganku. Aku pun mohon kepada Tuhan kalau memang tahun 2019 ini aku tidak jadi bertemu seseorang yang bisa melengkapi diriku, aku berharap jangan jadikan tahun 2019 ini menyedihkan bagiku. Aku pun menemukan kalimat penyemangat saat aku sedang berselancar di dunia maya.

sumber: Twitter.com

Awal Februari, lelaki tersebut kembali menghubungi dan melakukan percakapan yang cukup intens denganku lewat WhatsApp dan Line. Aku kembali melunak. Kudengarkan semua yang ia keluh kesahkan tapi aku tidak merasakan hal yang sebaliknya. Tapi aku berharap dia menjadi kekasihku. Semesta ternyata mendukung. Aku akhirnya menjadi kekasihnya, walaupun hanya sebentar. Sebenarnya aku ingin dia lama di dalam hidupku, tapi aku enggan karena aku tak mau terlalu lama berpindah hati dan aku pun sudah tahu bahwa hubungan ini tidak akan ke mana-mana. Akhirnya, dengan berat hati aku menyelesaikan hubunganku yang masih seumur masa tenggang kartu.

Pertengahan Maret pun aku bertemu lagi dengan seorang lelaki yang terpaut usia 6 tahun dariku. Kupikir dia akan menjadi pelabuhan terakhirku. Aku pun menjalani hari di mana saling berbagi kasih dengan lelaki ini. Tanpa ada ucapan kalimat "Maukah kamu jadi pacarku?" aku sudah merasa bahwa kita sudah menjadi sepasang kekasih. Dia pun sempat berkata akan menyeriusi hubungan ini karena usianya yang juga sudah cukup untuk membina rumah tangga. Aku senang dijanjikan hal demikian dan aku juga senang karena dia mengajarkan aku untuk menjalani hubungan dewasa yang tidak perlu setiap waktu saling menghubungi. Seiring berjalannya waktu, dia minta sesuatu yang tidak bisa aku berikan karena aku ingin memisahkan antara love and lust. Dia tidak terima dan sempat menjauhi diriku. Aku pun tidak masalah karena itu pilihannya. Lalu kembali lagi di bulan Mei dan aku memberikannya hadiah sebuah botol minum karena aku tahu dia orang yang sibuk nge-gym.


Aku ceritakan semua alasanku mengapa aku ingin memisahkan antara love and lust karena aku sering menemui hubungan yang begitu menggunakan nafsu daripada cinta, makanya aku ingin menghentikan hal tersebut berputar di hidupku. Ia pun menerima alasanku dan aku cukup dijaga olehnya dan ia tidak berani berbuat lebih jauh. Satu hal yang aku kesalkan dari dirinya, dia tidak pernah mengantarku sampai masuk ke rumah dan bertemu orang tuaku. Padahal dia sudah menjanjikan akan melamar kalau sudah cukup serius dengan hubungan ini. Aku coba untuk tidak berprasangka buruk padanya dan kubiarkan hubungan ini mengalir seperti air dan tidak banyak menuntut.

Namun, sepertinya aku begitu bermimpi mendapatkan seorang pelengkap dalam hidupku. Di pertengahan bulan Juni, ia mengajakku menonton film Men In Black: International dan sayangnya tidak tahu bahwa saat itulah terakhir aku melihat batang hidungnya. Besok harinya ketika kuhubungi tak pernah membalas. Sampai aku akhirnya menulis pesan padanya bila ingin berakhir, silakan pergi dan aku tidak akan melarangnya karena itu haknya. Dia pun berkelit bahwa dunia kita katanya berbeda dan dia tidak bisa menyeimbanginya. Aku benci, ketika seseorang membahas tentang status sosial yang selalu dikaitkan dalam hubungan romantis. Orang tuaku tidak pernah mengajariku memandang seseorang dari kemampuan ekonominya.

Kalau kamu bertanya apakah aku sedih saat itu apa tidak, aku akan menjawab IYA. Walaupun kami tidak selalu saling menghubungi, aku selalu menaruhnya sebagai prioritas selain karier dan keluargaku tapi aku tidak tahu sih apakah dia berpikiran sama denganku. Tapi, kalau kamu bertanya apakah aku menangis saat harus berpisah darinya, aku akan menjawab TIDAK. Karena aku menerapkan ilmu ikhlas tersebut. Aku ikhlas kalau nantinya memang bukan dia yang menjadi pelengkap hidupku. Aku ikhlas karena aku memang sebenarnya tidak memiliki apa-apa karena memang aku bukan siapa-siapa baginya.

Aku terkadang merindukan dia. Terkadang aku menghubunginya lewat pesan singkat, tapi sayang responnya tidak sehangat dulu. Hingga tiba pada akhir September, saat aku sedang lelah dengan pekerjaanku. Dia kembali menghubungiku, ketika aku sudah terbiasa dengan ketidakhadirannya dalam hidupku dan berusaha kembali menyalakan api hubungan. Aku hanya bisa menjawab dingin. Ia pun akhirnya menyebutkan maksudnya menghubungiku kembali. Ia ingin berpamitan karena ia sudah bertemu perempuan lain yang katanya lebih "nurut" dan "tidak neko-neko" untuk hidupnya. Kucoba untuk menerima itu semua dan memprosesnya menjadi sebuah hal yang bisa aku tertawakan. Ya, aku tertawa. Aku menertawai kisah cintaku di tahun 2019 ini. Ada lelaki yang mengajakku untuk menikah dan ternyata tiba-tiba menghilang dan kembali lagi dengan berita bahwa dia sudah menemukan perempuan lain yang ingin dia nikahkan. Setelah tertawa di luar (dan menangis di dalam hati) aku pun membalas pesannya dan menyampaikan selamat. Dan kabarnya dia akan menikah di bulan kelahiranku, Januari 2020 nanti.

sumber: greatmind.id


Terkadang, kita harus mengikhlaskan sesuatu yang sempat hadir di hidup kita dan membiarkan hal tersebut pergi menjauh dari hidup kita. Terkadang, kita harus siap menerima setiap keputusan yang diberikan semesta atas apa yang telah kita lakukan. Terkadang, kita harus merelakan seseorang yang pernah hadir di hati kita untuk bersama dengan yang lain. Tak apa, itu cara pendewasaan diri yang paling elegan. Dari situ aku belajar bahwa jangan terlalu merasa paling memiliki sesuatu karena kita tidak akan tahu ke depannya akan seperti apa.

Sebagai penutup tahun 2019, hanya sedikit pelajaran ilmu ikhlas yang aku peroleh dan begitu membekas dalam hatiku. Aku tidak pernah marah dengan apa pun yang telah terjadi di hidupku. Aku malah senang karena aku sudah terlahir menjadi pribadi yang lebih kuat dan hebat dari sebelumnya. Aku percaya, Tuhan telah menyiapkan rencana-Nya yang paling indah untukku. Dan pelajaran ikhlas di tahun 2019 ini aku tutup dengan ucapan:

Terima kasih untuk semua orang yang pernah hadir dan pergi dalam hidupku dan terima kasih juga untuk masalah-masalah yang silih berganti datang menghampiri hidupku. Terima kasih, berkat kalian aku masih bisa berdiri di sini dengan pribadi yang lebih hebat dan kuat dari sebelumnya.

Selamat jalan 2019 dan selamat datang 2020, semoga lebih baik lagi!

Kuliah tentang ilmu ikhlas, selesai! *tok tok tok*

Comments

Popular Posts