Review Film Imperfect: Karena Cantik Belum Tentu Bahagia

sumber: IMDb

Film Imperfect merupakan film hasil karya dari sutradara sekaligus komika Ernest Prakasa yang diadaptasi dari novel Imperfect: A Journey to Self-Acceptance karya istrinya, Meira Anastasia. Film ini sempat menjadi pembicaraan yang menarik lantaran pemeran utamanya, Jessica Mila, harus mau mengubah bentuk tubuhnya untuk memerankan film ini. Saat melihat totalitas yang ditunjukkan Jessica Mila dan melihat trailer yang berseliweran di Twitter, membuat saya berpikir, sepertinya film ini merupakan film yang cukup menarik karena mengusung tema self love. Sayangnya, karena kesibukan dan segala macam alasan, saya tertunda untuk menonton film ini. Jadi, mumpung sempat, saya pun menonton film ini sendirian. Apa yang saya pikirkan tentang film ini ternyata nggak jauh dari ekspektasi saya. So without any further ado, here's the review!

Ceritanya seperti apa tuh...

sumber: thejakartapost.com

Film Imperfect merupakan film yang sangat relatable dengan kehidupan sehari-hari wanita masa kini. Film ini bercerita tentang seorang cewek bernama Rara (Jessica Mila) yang dari lahir memang terlahir tidak cantik seperti standar kecantikan cewek di Indonesia dan dia itu hobi makan. Ia memiliki saudara yang cantik bernama Lulu (Yasmin Napper). Ibunya (Karina Suwandi), selalu menyuruh Rara untuk menjaga pola makannya, tapi Rara tidak peduli dan akhirnya mendapatkan berbagai komentar negatif tentang tubuhnya yang biasa kita sebut dengan body shaming. Walaupun tidak memiliki tubuh seperti standar, Rara memiliki kekasih yang sangat sayang padanya yang bernama Dika (Reza Rahardian). Dika nggak pernah menuntut Rara menjadi cantik karena Dika cinta Rara apa adanya. Di kantor, Rara memiliki sahabat yang bernama Fey (Shareefa Daanish) yang selalu support dan juga menerima dia apa adanya. Namun, di kantor, Rara dituntut untuk memperhatikan penampilannya untuk mendapatkan jabatan yang diingininya. Perjuangan Rara ini pun membuahkan hasil dan ternyata menjadi cantik itu belum tentu jawaban. Mengapa? Agar tidak kepo, mending nonton filmnya.

Mari kita ulas filmnya (Spoiler Alert!!!)

Sebenarnya, film tema self love ini pasti akan menarik perhatian karena banyak wanita Indonesia yang insecure seperti saya huehehehe. Jadi, Ernest pun mengemas cerita yang relatable dengan kehidupan sekitar dengan apik dengan humor-humor warlok (warga lokal). Saat menonton film ini, saya pun seperti mengaca. Ya, mengaca pada diri sendiri. Apakah dengan menjadi cantik dan langsing adalah jawaban untuk menemukan kebahagiaan yang saya cari. Ernest dan Meira pun seperti menampar saya, wanita yang tidak bisa langsing dari dulu, dan cerita Rara itu hampir mirip dengan cerita saya. Dan apa yang diceritakan oleh Ernest di film ini benar-benar terjadi di dunia nyata. Memang banyak orang yang begitu sering membanding-bandingkan kalau kita tidak sesuai standar kecantikan. I feel that :")

sumber: nova.grid.id

Dari segi akting, Jessica Mila bisa dikasih dua jempol deh karena dia rela untuk mengubah bentuk tubuhnya menjadi lebih berisi untuk totalitas memerankan sosok Rara yang memiliki tubuh tambun. Dari beberapa wawancaranya dan pengakuan dirinya dalam postingan Instagram-nya, Mila, mengaku bahwa dirinya harus menaikkan berat badan hingga 10 kg dan dia sempat kewalahan meski sudah makan banyak! Tentunya, pengorbanan Mila tentang perubahan tubuhnya ini juga membuahkan hasil dengan jalan ceritanya yang benar-benar mengajarkan kita untuk self love deh! Karakter Rara dalam film Imperfect ini juga terlihat berkembang dari yang tadinya insecure, menjadi langsing dan diterima orang-orang di sekelilingnya tapi juga ternyata kebahagiaan memang tidak bisa datang dari tubuh yang sesuai standar dan mengikuti kemauan netizen. Dari sini Rara belajar bahwa menjadi "tidak sempurna" bukan berarti tidak bahagia. Jadi, slogan "Ubah insecure jadi bersyukur" ini benar-benar tepat untuk kita semua wahai netizen sekalian. Tapi, ada beberapa hal yang ingin saya pertanyakan, gimana caranya kurus dalam waktu sebulan dengan hanya makan jus dan berolahraga??? Saya aja udah coba diet dari sebulan yang lalu, jarumnya hanya bergoyang-goyang seperti rumput yang ingin ditanya :")

sumber: hipwee.com

Peran Reza Rahardian juga nggak usah diragukan lagi. Meski telah dijuluki sebagai "aktor segala karakter" dan tidak menutup kemungkinan ketika menonton film yang ada Reza Rahardian-nya, banyak orang akan berkata "Reza Rahardian lagi, Reza Rahardian lagi" tapi memang ternyata memang Reza cocok memerankan sosok Dika. Sebenarnya, cowok-cowok macam Dika ini jarang sekali saya temukan di kehidupan nyata karena selama hidup hampir usia perak, saya belum pernah menemukan cowok yang tidak melihat wanita dari fisik. Apa mungkin saya sedang sial saja ya selalu bertemu fakboi atau memang saya mainnya masih kurang jauh? :") Dika tuh sosok cowok yang pastinya banyak cewek-cewek insecure butuhkan di hidupnya karena cewek insecure itu butuh di semangatin walaupun mereka itu nggak darah rendah (jokes siapa nih?). Dan adegan saat Rara dielus dengkulnya oleh Dika saat naik motor adalah adegan yang banyak orang bilang, "Dengkul yang dielus, hati yang keacak-acak". Pokoknya Dika benar-benar cowok yang bisa menerima ketidaksempurnaan pasangannya. Tapi ada kata yang sering diucapkan Reza Rahardian saat memerankan ini, yaitu kata "Saa elaaah". Menurut saya nih, kata ini emang nggak apa-apa sih diucapkan, tapi kalau sering diucapkan ketika ada kalimat pujian atau gombalan malah jadinya cringe, cringe ada sepeda~. Overall, babang Reza emang aktingnya jempolan deh. Jadi pengen jadi helm-nya Rara.

sumber: Instagram @film_imperfect

Karakter Lulu adiknya Rara yang diperankan Yasmin Napper aktris muda yang kelahiran 2004 ini (apakah Yasmin merasakan main gimbot ditarik-tarik abangnya karena abangnya mau pulang?) juga membuat saya kasih tepuk tangan. Sosok Lulu yang bagi Rara adalah anak yang selalu menjadi kesayangan Mamanya, ternyata juga menyimpan beban di hidupnya dan selalu merasa kurang dengan apa yang sudah dilakukan dirinya karena komentar orang-orang. Lulu selalu mengikuti perkataan netizen yang sebenarnya sangat tidak baik untuk kesehatan hatinya. Jadi, walaupun terlihat mendapatkan banyak pujian karena berhasil menjadi standar orang-orang, Lulu juga memiliki rasa insecure dalam dirinya saat ada orang yang komentar soal bentuk tubuhnya. Karena balik lagi, di dunia ini tidak ada yang sempurna, sayang. Yasmin Napper berperan cukup baik sebagai pendatang baru di dunia film yang usianya bisa dibilang belia, belia banget malah. 

Lalu ada karakter Mama yang diperankan oleh Karina Suwandi yang merupakan aktris tahun 80-an yang wajahnya sempat muncul di sinetron Warkop DKI (nah lho ketahuan kan umur). Karakter Mama diceritakan sebagai seorang Ibu yang begitu memperhatikan bentuk tubuhnya dan selalu berkomentar tentang tubuh Rara yang makin hari makin membengkak. Tentunya, Mama melakukan hal ini karena ia memiliki trauma masa lalunya yang ternyata... wah kamu mesti nonton sendiri biar tahu karena setiap rasa insecure lahir dengan alasan. Sosok Mama ini ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya deh. Jadi, awalnya saya sempat berpikir bahwa sosok Mama adalah tokoh yang antagonis tapi saya menarik kesimpulan lain setelah menonton bagian akhir filmnya. Tante Karina ini emang juaranya dehh akting jadi Mama-mama cantik dan anggun. 

sumber: movieeden.net

Ernest Prakasa pun mencoba untuk memberikan jokes-jokes segar dengan menghadirkan geng kos-kosan rumah Dika yang cukup menghibur. Beberapa jokes receh dan relatable cukup bikin saya mesem-mesem di bangku penonton dan mungkin banyak suara tertawa penonton. Kalau dari request penonton di Twitter, banyak yang minta geng kos-kosan ini memiliki serialnya sendiri, apakah Ernest akan mendengarkan permintaan pasar? 

Ernest sebagai sutradara pun tidak usah diragukan lagi. Film-film besutannya yang berjudul Ngenest (2015), Cek Toko Sebelah (2016), Susah Sinyal (2016), serta Milly & Mamet (2016) selalu mendapat tempat di hati penontonnya. Cerita-cerita yang dia tuangkan dalam film memang sangat cocok dengan keadaan di sekitar. Ernest cukup baik menjadi sutradara yang mengikuti keinginan pasar tanpa harus menawarkan cerita picisan yang membosankan. Pokonya standing applause untuk Ernest Prakasa. 

Pesan moralnya adalah...

sumber: id.bookmyshow.com


Mungkin pada bertanya-tanya, apa sih pesan moral yang bisa kita petik dari film Imperfect ini. Jawaban saya adalah BANYAK. Kamu bisa memetik pesan bahwa menjadi berbeda itu bukan berarti tidak bahagia. Kamu juga bisa mengambil pelajaran bahwa mengikuti kata netizen itu nggak ada abisnya, jadi tutup mata, tutup telinga dan coba terima dirimu apa adanya. Imperfect ingin memberikan gambaran bahwa di dunia ini nggak ada yang sempurna karena sempurna hanya milik Tuhan dan Andra & The Backbone. Film ini sangat cocok ditonton orang-orang yang memiliki rasa insecure yang tinggi dan tidak percaya diri dengan apa yang dimiliki. Jadi, ingat terus slogan "Ubah insecure jadi rasa bersyukur" ya, gaes! Dengan menjadi cantik, belum tentu kamu akan bahagia seperti Rara dan hidupnya.


Rating: Elusan tanganmu di dengkulku, meluluhlantakkan hatiku/10

Comments

Post a Comment

Popular Posts